Tanda-tanda kehidupan merasuk tubuh. Detak jantung bak alunan tabuh. Darah mengalir deras hingga ubun-ubun. Seberkas cahaya menyentuh lembaran baru.
Aku terbangun dari pingsan. Masih kuingat pagi yang suram ini. Ayah dan ibu bertengkar lagi. Nafsu makanku hilang. Ditambah upacara, kepalaku jadi pusing. Tak mampu kupertahankan diri.
“Tadi sudah makan dek?”sayup-sayup suara lembut kak Dea, kakak kelasku, ketua PIKRR.
“Belum, tapi nanti saya makan sih Kak.” Kuperhatikan sekelilingku. Serba putih. Banyak obat-obatan. Tenang dan damai. Ini pertama kalinya aku terbaring di UKS.
“Jangan ditunda-tunda.”
“Iya Kak, saya balik ke kelas dulu ya Kak. Makasih Kak.” Segera ku beranjak menuju kelas.