Balada Batu Nganga
(Pengorbanan dan kesetiaan ibunda)
Batu besar menganga
Menelan isak dan tanya
Seakan mengerti wanita
Menenangkan hati sang ibunda
Cerita bermula
Dari letih ayah
Kuasa nafsu ananda
Kesabaran, ketabahan,
Pilu, dan rasa hampa
Beliau seorang sempurna
Sorot matanya tajam
Mengisyaratkan kejujuran
Dan seolah bertanya,
“Apa arti cinta, pengorbanan,
kesetiaan, keimanan?”
Ia tak tegak layaknya tiang
Tak tegar layaknya glodok
Tak pula sekuat karang
Namun ia mampu
Menghadapi semua, dunia dan takdirnya
Hari itu
Sang surya bersinar gagah
Pejantanpun berkokok riuh
Berbeda..
Hati sang ibunda berkecamuk
Tak ada yang dapat ia berikan
Hanya sesendok nasi, sebutir telur
Tuk hapus keluh kesah
Sang suami
“Ananda, jagalah amanat ibu
Ingatlah tetesan peluh tubuh ayahmu
Demi kita..
Hari ini, hanya sekadarnya yang mampu Ibu berikan
Jangan biarkan siapapun menyentuhnya!”
Ananda menjaga pesan
Namun tak bertahan
Segumpal nafsu menyerang
Tubuh tak kuasa melawan
Tak bersisa
Amarah sang ayah berkobar
Dan….
Sang ibunda tiba
Menantang mara bahaya
Termuntahi sang ayah
Beribu umpatan menerjang, tak terbendung
Tak berperi
Hati berontak, kaki tertapah
Membawa lari sang ibunda
Bersama luka berdarah
Jiwa ananda melayang
Bersama bayang dosa
Mengejar sang ibunda
Langkah terhenti
Ananda menghampiri
Isak tangis menyayat hati,
Satu kata terucap
“Pergilah..”
Batu menganga
Menyeret sang ibunda
Menutup, menyisakan helaian-helaian mahkota
Membiarkan sang ibunda sendiri
Termenung di tubuhnya
Akan pengorbanan dan kesetiaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar