Sumbawa adalah sebuah nama untuk sebuah Pulau, Kabupaten, dan
Kecamatan. Namun tidak berarti bahwa dalam sebuah pulau ini hanya
memiliki sebuah kabupaten ataupun sebuah kecamatan, dan tidak berarti
pula bahwa kabupaten ataupun kecamatan ini hanya terdapat dalam suatu
pulau Sumbawa.
Pulau Sumbawa
Pulau Sumbawa adalah sebuah pulau yang terletak di provinsi Nusa
Tenggara Barat, Indonesia. Pulau ini dibatasi oleh Selat Alas di sebelah
barat (memisahkan dengan Pulau Lombok), Selat Sape di sebelah timur (memisahkan dengan Pulau Komodo), Samudera Hindia di sebelah selatan, serta Laut Flores di sebelah utara. Kota terbesarnya adalah Bima, yang berada di bagian timur pulau ini.
Pulau ini memiliki luas 14.386 km2, dan merupakan pulau terbesar di
provinsi Nusa Tenggara Barat, serta salah satu dari dua pulau utama di
provinsi tersebut. Titik tertingginya adalah Gunung Tambora (2.824 m),
yang juga merupakan gunung api aktif. Keunikan yang dimiliki
Sumbawa yaitu pulau Bungin yang termasuk dalam wilayah kecamatan alas,
kabupaten sumbawa. Pulau Bungin merupakan pulau terpadat di dunia yang
memiliki kepadatan 15000 jiwa/km persegi. Hal ini terjadi karena luas
Pulau Bungin tidak sampai 8 hektar dan ditempati sekitar 3000 jiwa.
Secara administratif, pulau ini terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota, yakni:
Kabupaten Sumbawa
Wilayah Kabupaten Sumbawa juga mencakup sejumlah pulau-pulau di sebelah utara Pulau Sumbawa, termasuk Pulau Moyo (pulau terbesar), Pulau Medang, Pulau Panjang, Pulau Liang, Pulau Ngali dan Pulau Rakit.
Pada tanggal 18 Desember 2003, bagian barat wilayah Kabupaten Sumbawa dimekarkan menjadi kabupaten baru, yakni Kabupaten Sumbawa Barat.
Kecamatan Sumbawa
*Mengenai Kecamatan Sumbawa ini akan saya ceritakan melalui pandangan saya sendiri :-)
Kecamatan Sumbawa atau lebih dikenal dengan sebutan Sumbawa Besar adalah sebuah desa darat, tanah kelahiran saya tercinta. Daerah kebanggaan saya ini masih dalam tahap-tahap pembangunan. Kami belum memiliki gedung-gedung besar yang biasanya dilengkapi eskalator ataupun lift. Kami tidak memiliki taksi ataupun bis-bis kota sebagai alat transportasi dalam daerah. Tidak ada jalan-jalan 'besar' yang bercabang dimana-mana. Tidak pula terdapat mall atau toko-toko 'wah' beretelase. Perumahan di daerah kami pun tidak se-semruwet ataupun semewah perumahan di kota besar. Tapi tanpa hal-hal tersebut, Sumbawa tetaplah kebanggaan bagi saya. Menikmati begitu besarnya rasa cinta sang surya terhadap Sumbawa, sehingga selalu panas teriknya yang luar biasa menjadi momok pembicaraan para tourist ataupun warga Sumbawa sendiri, adalah sebuah anugerah yang senantiasa menyisakan senyuman di hati saya. Dimana lagi saya bisa bertemu keluarga, sahabat, tetangga, serta orang-orang dengan logat NeMoToGinaRuaWe? Dimana lagi saya bisa mendengar orang-orang berkata Aidaa, Uinaa, Oweh, Ba ..., Be ...., Iya ke?, Masa Koa? Inilah Sumbawa saya tercinta :D
*note:
Setiap orang pasti mencintai daerahnya masing-masing, namun lantas tidak berarti membenci daerah yang lain. Bukankah kita mengenal Bhineka Tunggal Ika? Ras, agama, suku, warna kulit, bahasa, budaya dan segala perbedaan adalah jendela-jendela yang memberikan kita sebuah pemandangan yang indah mengenai kehidupan. Kita tidak harus keluar dari ruangan-ruangan yang telah membesarkan kita, namun biarkanlah mata kita melihat keluar jendela, berikan sedikit senyuman, serta lambaian perkenalan kepada keragaman di luar sana.
Saya memang Tau Samawa (Tau: Orang, Samawa: Sumbawa), saya sangat mencintai Sumbawa dan seluruh jajaran kabupaten Sumbawa. Dan di sisi lain saya juga mencintai saudara-saudara saya di Bima, Dompu, Taliwang, Lombok, Bali, Jawa, Papua, Maluku, Sulawesi, NTT, Kalimantan, Sumatera, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Singapura, dan seluruh semesta beserta isinya. :D
*Mengenai Kecamatan Sumbawa ini akan saya ceritakan melalui pandangan saya sendiri :-)
Kecamatan Sumbawa atau lebih dikenal dengan sebutan Sumbawa Besar adalah sebuah desa darat, tanah kelahiran saya tercinta. Daerah kebanggaan saya ini masih dalam tahap-tahap pembangunan. Kami belum memiliki gedung-gedung besar yang biasanya dilengkapi eskalator ataupun lift. Kami tidak memiliki taksi ataupun bis-bis kota sebagai alat transportasi dalam daerah. Tidak ada jalan-jalan 'besar' yang bercabang dimana-mana. Tidak pula terdapat mall atau toko-toko 'wah' beretelase. Perumahan di daerah kami pun tidak se-semruwet ataupun semewah perumahan di kota besar. Tapi tanpa hal-hal tersebut, Sumbawa tetaplah kebanggaan bagi saya. Menikmati begitu besarnya rasa cinta sang surya terhadap Sumbawa, sehingga selalu panas teriknya yang luar biasa menjadi momok pembicaraan para tourist ataupun warga Sumbawa sendiri, adalah sebuah anugerah yang senantiasa menyisakan senyuman di hati saya. Dimana lagi saya bisa bertemu keluarga, sahabat, tetangga, serta orang-orang dengan logat NeMoToGinaRuaWe? Dimana lagi saya bisa mendengar orang-orang berkata Aidaa, Uinaa, Oweh, Ba ..., Be ...., Iya ke?, Masa Koa? Inilah Sumbawa saya tercinta :D
*note:
Setiap orang pasti mencintai daerahnya masing-masing, namun lantas tidak berarti membenci daerah yang lain. Bukankah kita mengenal Bhineka Tunggal Ika? Ras, agama, suku, warna kulit, bahasa, budaya dan segala perbedaan adalah jendela-jendela yang memberikan kita sebuah pemandangan yang indah mengenai kehidupan. Kita tidak harus keluar dari ruangan-ruangan yang telah membesarkan kita, namun biarkanlah mata kita melihat keluar jendela, berikan sedikit senyuman, serta lambaian perkenalan kepada keragaman di luar sana.
Saya memang Tau Samawa (Tau: Orang, Samawa: Sumbawa), saya sangat mencintai Sumbawa dan seluruh jajaran kabupaten Sumbawa. Dan di sisi lain saya juga mencintai saudara-saudara saya di Bima, Dompu, Taliwang, Lombok, Bali, Jawa, Papua, Maluku, Sulawesi, NTT, Kalimantan, Sumatera, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Singapura, dan seluruh semesta beserta isinya. :D
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar