Selasa, 26 April 2011

Mitos nggak yah..???


Kuburan  “Geti Puti”

Seperti yang kita tahu, dalam terjemahan bahasa Indonesia geti berarti darah dan puti berarti putih (warna). Sehingga secara bahasa, dapat disimpulkan bahwa cerpen ini berjudul Kuburan Darah Putih.


Konon, kuburan yang terletak di wilayah Gunung Setia, kelurahan Brang Biji ini memiliki daya mistik tersendiri. Beberapa isu mengatakan bahwa setiap malam Jum’at Kliwon, kuburan ini mengeluarkan darah yang berwarna putih. Jujur, ketika mendengar isu ini, saya berfikir kemungkinan kuburan tersebut milik seseorang yang berpenyakit Leukimia..(+_*). Kemudian isu-isu lainnya datang, di antaranya ialah isu bahwa beberapa orang atau pun hewan yang pernah melontak/melangkahi kuburan tsb, meninggal/mati di tempat. Berbagai pro kontra mengenai asal usul kuburan tersebut bertaburan, ada yang berpikir bahwa kuburan tersebut milik penyantet; orang yang bersekutu dengan setan; penjahat luar biasa; dan sejenisnya. Namun, ada satu asal usul yang sangat bisa diterima oleh akal sehat saya. Karena kalau usul tidak boleh asal dan kalau asal tidak boleh diusul. Hehehe..

Kala itu, masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin 1, sekitar tahun 1723, keadaan di Sumbawa sangat getir. Para raja dan prajurit Kerajaan Sumbawa dan Selaparang pergi berperang melawan Kerajaan Karang Asam, Bali. Berhari-hari tanpa henti, suasana menegangkan itu melanda Sumbawa. Bendera pertumpahan darah terus berkibar. Hingga tersiar kabar pilu bahwa Sumbawa kalah dan Selaparang pun ditaklukkan hingga harus keluar dari kerjasama dengan Sumbawa yang disebut Kamutar Empat. Beberapa saudara dan pejabat kerajaanpun gugur. Di antaranya; anak-anak Sultan Harunurrasyid 1 (Mas Bantan) yaitu Sultan Muhammad Jalaluddin 1 (Datu Bala Balong) sebagai raja Kerajaan Sumbawa saat itu, Dewa Maja Jereweh, dan cucu-menantunya yaitu Datu Bonto Langkasa; dan Dewa Lengan Mas Parang, yaitu raja Kerajaan Selaparang. Sehingga, sesuai dengan perjuangan serta kerjasama antara kerajaan Sumbawa dan Selaparang, dikuburlah keluarga-keluarga Kerajaan Sumbawa tersebut di Apit Ai, Lombok Timur, wilayah Kerajaan Selaparang. Namun, bukan ini yang saya maksud.. cerita masih akan terus berlanjut..

Suasana duka masih terasa, berbagai kalangan merasa kehilangan. Bahkan, tak ada kata yang dapat menggambarkan keadaan saat itu. Pemerintahan Kerajaan kacau balau sepeninggal sang raja. Semakin lama, pemerintahan Kerajaan Sumbawa semakin tak terurus. Maka diputuskanlah untuk mengangkat raja baru, yaitu saudara dari Sultan Muhammad Jalaluddin 1, Datu Bala Sawo. Di tahun pertama beliau memerintah, urusan Kerajaan cukup lancar ditangani. Namun di tahun kedua, pemerintahan Kerajaan kacau balau lagi. Banyak ancaman serta pro kontra yang tak lain, bermaksud untuk menjatuhkan Datu Bala Sawo. Hal ini pun membuat kemunduran Datu Bala Sawo. Beliau hanya bertahan 2 tahun dalam jabatannya sebagai raja.

Sepeninggal Datu Bala Sawo, muncullah usulan untuk mengangkat Datu Dola. Beliau adalah putra dari Dewa Ya, saudara dari Sultan Muhammad Jalaluddin 1. Namun di sisi lain, muncul pula keirian terhadap usulan tersebut. Salah satunya ialah Datu Taliwang. Beliau merasa dirinya lebih pantas untuk mendapatkan jabatan tersebut.

Datu Taliwang yang masih memiliki hubungan keluarga dengan keluarga Kerajaan Sumbawa merupakan sosok orang yang sangat ambisius serta licik. Beliau menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang ia inginkan, termasuk dalam pengangkatan raja ini.

Tersiarlah kabar bahwa yang akan dicalonkan sebagai raja ialah Datu Dola dan Datu Taliwang. Dan diantara kedua calon ini, Datu Dolalah yang memiliki kesempatan terbesar dan terkuat. Mendengar kabar ini, mulailah muncul trik-trik licik Datu Taliwang. Suasana pun semakin memanas dan menegang.

Berhari-hari dihabiskan Datu Taliwang untuk memikirkan rencana-rencana jahat. Ia mulai melaksanakan rencana-rencananya tersebut. Mulai dari yang akibatnya kecil, hingga yang akibatnya besar.

Berbagai rencana Datu Taliwang berhasil digagalkan. Pengangkatan raja semakin dekat. Datu Taliwangpun gusar. Tanpa berpikir panjang serta tanpa peduli perasaan, rencana sadispun ia laksanakan.
Hari, waktu, serta kondisi telah ia persiapkan matang-matang. Tak ada satu pun keluarga kerajaan yang mengetahui bahkan menduga niat jahat Datu Taliwang ini. Datu Taliwang memang sudah mempersiapkan rencananya ini dengan benar-benar.

Saat itu, Datu Taliwang mengajak Datu Dola ke suatu tempat atas nama kerajaan. Tanpa berpikir, Datu Dola pun menerima ajakan Datu Taliwang. Ternyata Datu Taliwang mengajak Datu Dola ke laut. Mulailah Datu Taliwang menggunakan cara paksa. Dibawanya Datu Dola ke atas perahu. Ketika di tengah laut, Datu Taliwang angkat bicara. Dengan nada licik, ia berkata,
“Sila mo senampat leng akher mu!” (artinya: katakanlah kata terakhirmu!)
Datu Dola memandang tajam ke arah Datu Taliwang, kemudian ia menyumpah Datu Taliwang,
“Beang mo takderku mate pang let ai ta.. lamin kau, roa gama kau mate pang let api.. roa gama!” (Biar dah takdirku mati di lautan air ini, semoga kamu mati di lautan api.. semoga saja!!)
Tanpa memperjanjang waktu lagi, dibuanglah Datu Dola ke laut.

Penobatan Raja telah tiba, tak ada yang mengetahui kabar Datu Dola. Beliau menghilang tanpa jejak. Datu Taliwang pun akhirnya terpilih sebagai raja.

Malam itu, Datu Taliwang dan keluarga kerajaan sedang tertidur dengan pulas. Sementara itu, seorang Bone (dayang) yaitu Bone Kabat, dengan ditemani sebuah dila (lilin) dan dengan mata yang sudah begitu berat masih saja memaksakan diri menjahit beberapa pakaian kerajaan. Tak lama kemudian, sang bone ketiduran dan api lilin menyulut pakaian-pakaian yang dijahitnya hingga timbullah kebakaran yang begitu besar. Kebakaran ini melahap kerajaan (kalau ndak salah, kerajaan ini namanya kerajaan Bala Sawo), sementara itu Datu Taliwang terjebak di dalamnya sedangkan Bone Kabat berhasil menyelamatkan diri.

Sebagaimana sumpah Datu Dola, kejadianlah sang Datu Taliwang menjalankan masa terakhirnya dalam lautan api. Hmm..

Kemudian, dikuburkanlah Datu Taliwang ini di Gunung Setia. Kuburannya lah yang selalu disebut kuburan Geti Putih. Mungkinkah darah putih itu adalah azab bagi Datu Taliwang? Entahlah, tak ada yang bisa memastikan..

Intinya dari cerita ini haruslah kita sadari bahwa setiap perbuatan buruk yang kamu berikan kepada orang lain pasti akan kembali kepadamu juga, bahkan bisa jauh lebih buruk dari apa yang kamu berikan.

*cerita ini belum pasti, ini bersumber dari beberapa cerita orang-orang terpercaya bagi saya, tapi ada baiknya bagi temen-temen untuk tidak percaya mentah-mentah. Ambillah bagian positifnya dan buang jauh-jauh bagian negatifnya. Makasih.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Words of Wisdom

Gravitasi tidak bertanggung-jawab atas orang yang jatuh cinta

Barangsiapa yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia tidak pernah mencoba sesuatu yang baru

Jika A sama dengan kesuksesan, maka rumusnya adalah A=X+Y+Z. X adalah kerja, Y adalah bermain, Z adalah menjaga mulut agar tetap bungkam


By Albert Einstein
source: Words of Wisdom - Einstein