Selasa, 26 April 2011

Sejarah Nabi Muhammad SAW 3


Masa Dewasa


*       Janda Kaya yang Terpikat
Kejujuran dan budi pekerti terpuji  yang dimiliki Muhammad berhasil memikat hati seorang wanita kaya bernama Khadijah binti Khuwailid. Ia pun mendapat kepercayaan untuk menjualkan barang dagangan Khadijah ke Negeri Syam dengan janji keuntungan dua kali lipat. Dengan senang hati berangkatlah Muhammad ke Syam bersama kafilah Bani Quraisy. Dalam kafilah itu ikut pula Maisarah, pembantu Khadijah.
Ketika kafilah tiba di dusun Busra di wilayah Syam, mereka beristirahat. Muhammad pun teringat akan ramalan pendeta Bukhaira 13 tahun yang lalu saat ia dan pamannya ikut kafilah seperti ini. Sekarang pamannya telah tua, tidak mampu lagi ikut kafilah.
Ternyata, pendeta Bakhira yang sudah tua itu masih mengenali Muhammad. Ia pun menghampiri Maisarah dan memberi tahu maisarah bahwa Muhammad adalah salah seorang dari Ahlul-Hurun (keluarga penghuni tempat suci Ka’bah) yang akan menjadi nabi terakhir. Maisarah terkagum-kagum mendengarnya. Ia ingin cepat-cepat pulang ke Mekah dan mengabarkan kabar baik tersebut kepada Khadijah.                  
Khadijah yang baik budi dan terhormat, memang sudah menjanda, dan tidak mau menikah lagi. Namun, setelah mendengar penuturan Maisarah mengenai Muhammad hatinya pun tergerak untuk menikah lagi. Khadijah meminta bantuan sahabatnya, Nafisah binti Munyah untuk menemui Muhammad dan mengundangnya ke rumah Khadijah. Muhammad dan Khadijah pun bertemu. Khadijah meminta Muhammad mempertimbangkan keinginannya untuk menikah dengan Muhammad.
Abu Thalib yang sudah mengetahui permintaan Khadijah itu sangat mendukung permintaan itu. Begitu pula dengan paman Khadijah, Amr bin Asad yang menjadi wali Khadijah sejak ayahnya meninggal. Kata sepakat dari kedua belah pihak pun tercapai.
Orang Mekah menyambut gembira pernikahan itu. Khadijah memang telah berusia 40 tahun, sedangkan usia Muhammad baru 25 tahun. Tetapi, semua orang menyatakan bahwa mereka adalah pasangan serasi. Orang menilainya tentu bukan dari perbedaan usia mereka, melainkan dari budi pekerti keduanya, dari perilaku mereka yang tiada cela.
Dari pernikahan Muhammad dan Khadijah itu lahir tujuh orang anak, yaitu tiga putra dan empat putri. Mereka itu adalah Qasim, Abdullah, Ibrahim, Zaenab, Ruqaiyah, Ummi Kalsum, dan Fatimah Az-Zahra (seorang putri yang kelak akan menjadi penghulu wanita seluruh jagat).
  
*       Peristiwa Pemugaran Ka’bah
 Di usianya yang 35 tahun Muhammad sudah memiliki sikap kebijaksanaan sebagai seorang pemimpin. Sikap itu tampak pada peristiwa pemugaran Ka’bah.
Semula, orang-orang Quraisy yang melakukan pekerjaan itu bergotong royong dan rukun-rukun saja tetapi belakangan mereka bertengkar. Orang-orang Quraisy terdiri dari beberapa macam suku. Setiap suku merasa berhak mengangkat Hajar Aswad kembali ke tempatnya semula setelah pemugaran selesai. Berbagai sumpah setia atas nama nenek moyang mereka laksanakan. Suasana pun benar-benar genting. Orang-orang mulai mengasah pedang, siap bertempur membela kebenaran masing-masing.
Tampillah seorang tetua kaum Quraisy yang disegani. Dia mengundang semua pemimpin suku untuk bermusyawarah. Dalam musyawarah tersebut, tetua kaum Quraisy yang bernama Abu Umayyah itu memberikan saran agar peletakan kembali Hajar Aswad diserahkan kepada orang yang pertama kali memasuki pintu Ka’bah saat itu. Datanglah Muhammad memasuki pintu Ka’bah tanpa mengetahui apa yang sedang terjadi. Orang-orang berseru-seru, Abu Umayyah pun lalu menjelaskan semuanya pada Muhammad.
Ketika diberikan kain sesuai dengan permintaan Muhammad, ditaruhnya batu Hajar Aswad di atas kain, tepat di tengah-tengah. Dengan bijaksana ia pun meminta setiap pemimpin suku memegang sisi-sisi kain. Cara itu berarti mereka mengangkat Hajar Aswad secara bersama-sama. Sehingga setiap suku tidak perlu bertempur dengan sesamanya.

*       Menjadi Nabi dan Menerima Wahyu Pertama
Sejak usia 36 tahun sampai menginjak usia 40 tahun, pikiran Muhammad menjadi bertambah berat karena menyaksikan kehidupan masyarakat yang sangat bertentangan dengan pribadinya. Agar lebih mendapatkan ketenangan hati, Muhammad menuju ke sebuah tempat yaitu puncak gunung An-Nur (Jabal Nur), sebuah tempat yang letaknya sulit dan berbahaya bila ditempuh manusia. Jabal Nur adalah pegunungan berbatu-batu dekat Mekah dan di sana terdapat Gua Hira.
Kadang-kadang Muhammad menyendiri (Uzlah) di gua itu sampai 10 hari pada setiap bulan Ramadhan. Uzlah artinya memisahkan diri dari keramaian untuk memohon petunjuk Allah. Beliau bermaksud mencari petunjuk dan kebenaran dari Allah swt.
Di dalam gua Hira, beliau juga sering berkhalwat dan bertahanuts. Khalwat merupakan nama lain dari uzlah. Berkhalwat ini sudah menjadi kebiasaan kaum Quraisy pada waktu itu, yaitu pergi meninggalkan urusan duniawi untuk menyepi. Sedangkan bertahanuts ialah menyepi dengan makanan dan minuman sekadarnya sambil mensyukuri kebesaran Allah.
Malam itu, tanggal 17 Ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran Muhammad atau bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 Masehi, Muhammad sedang tidur di Gua Hira dalam kegiatan tahanuts-nya. Tiba-tiba datanglah seorang yang berpakaian serba putih yang tidak lain adalah malaikat Jibril, membawa baki beralaskan kain sutra. Di atasnya terdapat sebuah kitab.
Di dalam suasana yang gelap itu, Muhammad diminta membaca. Padahal Muhammad adalah seorang buta huruf. Ia tidak bisa membaca dan menulis. Ia pun menjawab, “Saya tidak dapat membaca”. Kemudian malaikat Jibril mengulang-ulang kata-nya sambil mendekap Muhammad. Saat dalam pelukan malaikat Jibril, Muhammad merasakan seolah ajalnya hampir tiba. Muhammad pun menjawab dengan kata yang sama. Hal ini dilakukan sampai tiga kali. Yang terakhir, malaikat Jibril mengucapakan kalimat yang cukup panjang. Kalimat itu adalah rangkaian isi Surat Al-Alaq ayat 1-5. Muhammad pun menirukan ucapan malaikat Jibril. Saat itulah Muhammad menerima wahyu pertamanya.
Begitu terjaga dari tidurnya, Muhammad saw. merasakan seolah-olah ucapan malaikat Jibril itu melekat dalam hatinya. Ia lalu keluar dari gua, berdiri di puncak gunung An-Nur. Terdengarlah olehnya suara malaikat Jibril yang menyatakan bahwa ia rasul utusan Allah dan malaikat Jibril adalah seorang laki-laki di cakrawala. Muhammad pun segera berpaling ke setiap sudut cakrawala. Ia melihat seorang laki-laki berdiri di cakrawala. Ke mana Muhammad menghadap di sanalah malaikat Jibril berada.
Sepulangnya dari Gua Hira, Muhammad saw. menceritakan peristiwa yang dialaminya kepada Khadijah. Saat itu, Muhammad masih cemas. Khadijah pun menyuruh suaminya beristirahat dan menenangkan hatinya.
Lalu Khadijah pergi ke rumah seorang wanita bernama Waraqah bin Naufal yang tidak lain sepupunya untuk menceritakan peristiwa yang dialami oleh suaminya. Waraqah adalah seorang yang tidak menyembah berhala, telah lama memeluk agama Nasrani, telah hafal isi dari kitab Taurat dan sebagai seorang wanita yang buta.
Sesudah mendengar cerita dari Khadijah, Waraqah meyakini bahwa Muhammad lah seorang Nabi terakhir yang membawa ajaran sempurna dan bernama Ahmad seperti apa yang dikatakan para pendeta Yahudi dan Nasrani. Waraqah pun berkata, “Quddus, quddus!, Demi Tuhan yang nyawaku berada di tangan-Nya, sumimu itu didatangi Namus yang dulu mendatangi Musa. Sungguh, Muhammad adalah Nabi bagi umat ini.” Yang dimaksud Namus adalah malaikat Jibril.

*       Wahyu  yang Kedua
Keterangan dari Waraqah itu disampaikan Khadijah kepada Muhammad. Beberapa hari kemudian, Muhammad saw. bertawaf (berjalan mengelilingi Ka’bah). Di situ ia bertemu Waraqah. Setelah berbincang-bincang sebentar mengenai pernyataan Waraqah yang lalu, Waraqah pun mencium ubun-ubun Muhammad sebagai tanda kehormatan. Kini Muhammad saw. yakin akan kebenaran ramalan terhadap dirinya, bahwa ialah insan yang dipilih Tuhan untuk memimpin umat pada agama Allah.
Selama lebih kurang dua setengah tahun lamanya sesudah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad saw. menerima wahyu kedua. Dikala menunggu kedatangan wahyu itu, kembali Nabi Muhammad saw. diliputi rasa cemas dan khawatir akan terputusnya wahyu yang kedua itu. Kemudian, beliau pergi bertahanuts ke gua Hira. Ketika melihat malaikat Jibril datang, beliau menggigil dan ketakutan. Beliau segera pulang ke rumah, kemudian beliau meminta Khadijah untuk menyelimutinya. Dalam keadaan berselimut itu, datanglah malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang kedua, yaitu surah Al Muddasir ayat 1-7.
Turunnya wahyu kedua tersebut, merupakan penegasan perintah bagi Nabi Muhammad saw. untuk menyiarkan agama Islam kepada semua umat manusia.

*       Dakwah Sembunyi-Sembunyi
Dengan wahyu tersebut, Nabi Muhammad saw. mulai berjuang menyiarkan agama Islam secara sembunyi-sembunyi. Beliau berdakwah mulai dari lingkungan keluarga dan para sahabat yang terdekat. Orang-orang yang mendapat ajakan pertama dari Nabi dan mau beriman diantaranya:
1.      Khadijah, isteri Nabi Muhammad saw. (muslim pertama dari kalangan wanita)
2.      Ali bin Abu Thalib, putra paman Nabi yang baru berumur 10 tahun (muslim pertama dari kalangan anak-anak)
3.      Zaid bin Harits, mantan budak Nabi yang telah menjadi anak angkatnya.
4.      Abu Bakar, sahabat karib Rasulullah sejak kecil dan merupakan pemimpin atau pemuka Quraisy.
5.      Ummu Aiman, pengasuh Nabi yang setia.
Kemudian Abu Bakar berhasil mengajak beberapa teman dekatnya seperti Usman bin Affan, Zubair Ibnu Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidilah, Abu Ubaidah bin Jarah dan Arqam bin Abil Arqam untuk mengucapkan syahadat di hadapan Nabi saw.
Mereka yang tersebut di atas terkenal dengan sebutan “Ash Shabiqul Awwalun”. Artinya orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam. Mereka inilah yang mendapatkan gemblengan dari ajaran Islam dari Rasulullah di rumah Arqam bin Abil Arqam.
Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi kurang lebih selama 3 tahun. Dakwah itu dilakukannya seorang demi seorang dan dari rumah ke rumah. Hal ini dilakukan karena belum ada perintah Allah secara tegas menyiarkan Islam secara terbuka.

*       Berdakwah Terang-Terangan
Nabi Muhammad saw. memulai berdakwah secara terang-terangan, mengajak kepada ajaran Tauhid, yaitu sesudah beliau menerima wahyu dari Allah. Wahyu tersebut adalah surah Al Hijr ayat 94.
Sejak saat itu, Rasulullah mulai menyeru kepada semua orang dengan terang-terangan. Mereka diajak untuk masuk agama Islam,dan disuruh meninggalkan agama nenek moyangnya, yang menyembah berhala.
Dari setiap seruan Nabi, ada di antaranya yang beriman dan banyak pula yang membantahnya. Namun karena pertolongan Allah, akhirnya seorang tokoh pemberani yang sangat menentang ajaran Nabi Muhammad saw. masuk Islam. Ia membaca kalimat syahadat di hadapan Nabi Muhammad saw. Tokoh pemberani itu bernama Umar bin Khattab. Kemudian tokoh yang lain, yaitu Hamzah bin Abdul Muttalib.
Para pemimpin Quraisy banyak yang membenci dan menentang nabi dan pengikutnya. Seperti Abu Lahab yang merupakan paman Nabi dan Abu Jahal. Mereka berusaha menghentikan dakwah beliau yang semakin lama bertambah banyak pengikutnya. Sejak itulah para pemimpin Quraisy itu menghina, menganiaya, membujuk dengan harta, kedudukan dan wanita dan memutuskan hubungan antar orang Islam.

*       Tantangan Kafir Quraisy
Ada beberapa alasan mengapa Nabi mendapat tantangan dari orang-orang Quraisy ketika Nabi mengajak kepada orang Mekah menyembah kepada Allah dan meninggalkan menyembah berhala. Diantaranya adalah :
1.      Mereka takut kehilangan kekuasaan.
2.      Mereka tidak mau meninggalkan menyembah berhala, karena itu ajaran nenek moyangnya.
3.      Mereka takut kehilangan pekerjaan, karena orang-orang Mekah mempunyai pekerjaan membuat berhala.
Adapun penganiayaan-penganiayaan yang pernah diterima Nabi dan pengikutnya antara lain:
1.      Perlakuan Abu Jahal yang mengambil batu bermaksud membunuh Nabi ketika Nabi akan memasuki Masjidil Haram untuk melakukan shalat, maka batu besar itu akan ditimpahkan kepada Nabi. Tapi, niat itu gagal karena hatinya mendadak jadi gemetar penuh ketakutan.
2.      Perbuatan Uqbah bin Abu Muith, yaitu ketika Nabi shalat di Masjidil Haram, datanglah ia menjerat leher Nabi dengan selendangnya, sehingga beliau tidak berdaya untuk melepaskannya. Ketika itu, datang Abu Bakar langsung memiting Uqbah dan menghempaskannya.
3.      Bilal bin Rabbah, seorang budak dari Ummayyah bin Khalaf. Bilal ditelentangkan di bawah terik matahari, diletakkan sebuah batu yang sangat besar di atas badannya.

*       Hijrah ke Habsyah (Ethiopia)
Keganasan kaum kafir quraisy bertambah merajalela, sudah tidak mengenal perikemanusiaan. Rasulullah tidak tahan melihat penderitaan yang dialami oleh pengikutnya, maka beliau menyuruh mereka untuk berhijrah ke Habsyah (Ethiopia), karena Rasulullah mengetahui bahwa raja Habsyah yang bernama Najasyi yang seorang Nasrani adalah raja yang adil. Maka berangkatlah rombongan yang pertama yang dipimpin oleh Jaffar bin Abu Thalib dengan membawa rombongan sejumlah 5 orang perempuan dan 10 orang laki-laki. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke 5 dari kenabian.
Hijrah ke negeri Habsyi pada 615 M ini dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama berjumlah 15 orang yang dipimpin oleh Jaffar bin Abu Thalib. Sedangkan tahap kedua berjumlah 101 orang yang terdiri dari 63 orang laki-laki, dan 38 orang wanita.
Kedatangan kaum Muhajirin (yaitu pengikut Rasul yang ikut berhijrah) mendapat sambutan dan perlindungan yang baik dari raja Habsyah. Sementara itu Nabi Muhammad saw. masih berada di Mekah untuk menyiarkan agama Islam kepada kaumnya.

*       Pemboikotan terhadap Bani Hasyim
Berbagai cara dilakukan oleh kaum Quraisy untuk menghalangi dakwah Rasulullah tidak berhasil. Mereka pun mempunyai taktik baru yaitu melakukan pemboikotan terhadap Bani Hasyim, karena keluarga besar itulah yang melindungi dan mendukung Nabi Muhammad saw.
Pemuka kaum Quraisy meminta Abu Thalib untuk menyerahkan Muhammad dan diganti dengan uang tebusan dua kali lipat dari tebusan biasanya. Abu Thalib pun memanggil seluruh anggota keluarga Bani Hasyim dan berkumpul di lembah Abu Thalib untuk melindungi Muhammad dari kejahatan kaum Quraisy. Akibatnya terjadi pemboikotan terhadap Bani Hasyim. Sehingga menyebabkan Bani Hasyim yang berada di lembah Syi’it kesulitan mendapatkan makanan, keperluan hidup lain dan hubungan pernikahan. Pemboikotan ini berlangsung selama 3 tahun.
Seluruh keluarga Bani Hasyim mengalami kelaparan dan keterasingan. Tangis bayi mereka terkadang terdengar sampai ke luar lembah. Sebagian orang musyrikin Quraisy merasa tidak tega melihat keadaan ini. Dan akhirnya pemboikotan atas Bani Hasyim dicabut.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Words of Wisdom

Gravitasi tidak bertanggung-jawab atas orang yang jatuh cinta

Barangsiapa yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia tidak pernah mencoba sesuatu yang baru

Jika A sama dengan kesuksesan, maka rumusnya adalah A=X+Y+Z. X adalah kerja, Y adalah bermain, Z adalah menjaga mulut agar tetap bungkam


By Albert Einstein
source: Words of Wisdom - Einstein