Selasa, 26 April 2011

Sejarah Nabi Muhammad SAW 4


 *       Tahun Duka Cita (‘Amul Huzni)
Setelah terlepas dari pemboikotan, sekitar tahun ke 10 dari kenabian, Khadijah, istri yang selama ini menjadi pelindung dan pembela risalah kenabian, meninggal dunia. Kemudian disusul oleh Abu Thalib, paman Nabi yang tercinta. Paman yang demikian melindunginya secara sepenuh hati. Ialah yang memiliki jasa tidak terhingga; berpuluh kali melindungi beliau-kemenakannya yang sangat disayangi, dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Dulu kaum musyrikin Quraisy masih memperhitungkan keberadaan Abu Thalib di sisi nabi. Mereka sangat takut dan segan terhadap pelindung nabi itu. Sekarang tidak ada lagi yang bisa melindunginya. Kematian dan kesedihan beruntun dalam satu tahun itu pun membuat tahun itu dinamakan ‘Amul Huzni. Artinya tahun duka cita.

*       Berdakwah ke Thaif
Sepeninggalnya Abu Thalib dan Khadijah, Nabi Muhammad pergi ke Thaif yang terletak di timur laut Mekah. Jaraknya kira-kira 60 km. Ketinggiannya 1520 m dari permukaan laut. Thaif merupakan kota yang makmur dengan hasil buah anggur dan perindustrian. 
Nabi Muhammad pergi ke Thaif dengan ditemani oleh Zaid bin Haritsah. Nabi berniat untuk mengajak warga di kota itu memeluk agama Islam. Kebetulan di sana banyak saudara Nabi dari pihak ibunya. Seperti Kinana yang bergelar Abu Jalil dan Mas’ud serta Habib. Mereka adalah para penguasa di Thaif yang berasal dari keturunan Tsaqif. Ketiganya adalah anak dari Amir bin Umair bin Auf Atsaqafi. Nabi mengira bahwa di kota ini, ia akan mendapat bantuan dan perlindungan. Tetapi kenyataannya malah sebaliknya, beliau mendapat penghinaan, diusir dan dilempari batu oleh penduduk Thaif karena hasutan Abu Jahal, sampai beliau sendiri terluka.
Dengan pakaian berlumuran darah, penuh luka pada bagian badan dan kepalanya, Nabi pergi meninggalkan Thaif, menghindar dari kejaran para pemuda dan penduduk Thaif.
Di suatu tempat di luar kota Thaif, beliau berhenti melepas lelah di sisi kebun aggur milik Utbah dan Syaibah, anak Rabi’ah, sambil merenungi peristiwa yang baru saja dialaminya. Kemudian beliau menengadahkan mukanya ke langit mengadukan nasib yang dideritanya kepada Allah swt. Aduan serta doa yang diucapkan Nabi tersebut dikenal dengan istilah Doa Thaif.
Melihat kemalangan yang diderita Nabi, sedihlah hati kedua anak Rabi’ah. Lalu mereka menyuruh seorang budaknya yang bernama Addas untuk memberikan buah anggur dari kebun itu. Sambil meletakkan tangan di atas buah anggur itu, Nabi Muhammad mengucapkan Bismillah, lalu anggur itu dimakannya.
Mendengar ucapan itu, Addas merasa heran, karena kalimat itu belum pernah diucapkan oleh penduduk Thaif. Lalu Nabi menanyakan asal-usul dan agama Addas. Addas menjawab, dari Ninawi, sebuah dusun di Maushil, Irak dan agamanya Nasrani. nabi pun bertanya lebih jelas lagi, “Apakah dusun itulah tempat seorang hamba Allah yang saleh, Yunus anak Matta?”.
Addas terkejut. Ia tak menyangka Muhammad mengenal Yunus anak Matta atau Yohanes anak Matius. Setelah berbincang-bincang mengenai Yunus anak Matta, Addas pun menyadari bahwa yang berada di depannya saat itu seorang nabi. Saat itulah Addas langsung masuk Islam.

*       Isra’ Mi’raj
Setelah kembali ke Mekah Nabi kembali menjalankan dakwah risalahnya. Di tengah –tengah kegiatan itu banyak bahaya yang mengancam dari pihak musuh. Maka Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah menjalani Isra’ Mi’raj menempuh waktu satu malam saja. Isra’ yaitu perjalanan pada waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsa di Baitul Maqdis, Palestina. Mi’raj yaitu perjalanan dari Masjidil Aqsa di Palestina menuju Sidratul Muntaha di langit yang ke tujuh. Maksud dari Isra’ Mi’raj  adalah untuk menerima perintah menjalankan shalat lima waktu sehari semalam.
Dalam peristiwa yang berlangsung pada malam 27 Rajab tahun ke 11 dari kenabian itu, Nabi mengendarai Buraq bersama Malaikat Jibril. Nabi berangkat dari Masjidil Haram sesudah tengah malam dijemput Malaikat Jibril, langsung menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Dari Masjidil Aqsa, Nabi lalu naik ke langit ketujuh, terus sampai di Arsy dan Sidratul Muntaha. Sesudah itu kembali lagi ke Masjidil Haram sebelum waktu Subuh. Peristiwa Isra’ Mi’raj bertujuan menambah kekuatan iman dan keyakinan beliau sebagai rasul.
 Isra’ Mi’raj ini termasuk mukjizat Nabi untuk memberi tahu kepada manusia bahwa beliau benar-benar seorang Nabi. Isra’ Mi’raj juga untuk melemahkan kepercayaan orang kafir Quraisy yang tidak mau beriman kepada Allah swt.
Adapun kejadian-kejadian yang diperlihatkan Allah kepada Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, antara lain:
1.      Nabi Muhammad saw. melihat orang yang sedang panen padi. Setelah padi dipotong tumbuh lagi, begitu seterusnya tidak ada habisnya. Kejadian ini menggambarkan orang yang suka beramal dengan ikhlas, pahalanya akan terus mengalir tidak berhenti.
2.      Nabi Muhammad saw. melihat orang yang menggunting lidahnya berulang-ulang kali. Maksudnya orang yang banyak berbicara dan menyuruh orang lain berbuat baik tetapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya.
3.      Nabi Muhammad saw. melihat orang yang terus-menerus memukul kepalanya. Maksudnya kejadian itu menggambarkan orang yang tidak mau melakukan shalat.
Setelah melihat kejadian-kejadian itu, Nabi Muhammad saw. menerima wahyu yaitu perintah shalat lima waktu untuk dikerjakan oleh semua mukmin.

*       Orang Yatsrib Masuk Islam
Selain berdakwah kepada orang-orang Mekah, Nabi juga berdakwah kepada suku-suku Arab lainnya, seperti saat musim haji tiba. Saat itu, kabilah dari penjuru dunia berbondong-bondong datang ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Kesempatan ini pun dimanfaatkan Nabi untuk mengajak kabilah-kabilah tersebut memeluk Islam. Namun, iti bukan pekerjaan yang mudah. Nabi diusir, bukan saja ditolak, dicemooh, dan dihina.
Di antara kabilah-kabilah yang datang, ada juga orang-orang Aus dan Khazraj. Mereka adalah suku bangsa dari Madinah atau Yastrib. Mereka mendirikan tenda di bukit Aqabah.
Nabi pun mendatangi perkemahan mereka. Mereka yang sudah mendengar cerita tentang Muhammad menerima Muhammad dengan baik. Mereka mencurahkan perhatiannya kepada dakwah yang disampaikan oleh Nabi kepada mereka itu, dan pada waktu itu juga mereka menyatakan masuk Islam serta yakin bahwa Muhammad itu adalah Nabi yang dinanti-nantikan sesuai yang terdapat dalam kitab Yahudi (Taurat).
Setelah melakukan tawaf di ka’bah, mereka kemudian pulang ke Madinah sebagai orang-orang muslim. Mereka berenam, masing-masing As’ad bin Zararah, Auf bin Al Harits, Zuraiq bin Amir, Rafi bin Malik, Sa’ad bin Ali, dan Quthbah bin Amir.

*       Perjanjian Aqabah I dan II
Setahun berlalu tepatnya pada tahun 12 dari kenabian, pada musim haji, beberapa orang dari mereka datang lagi bersama 12 orang lainnya. Satu diantaranya wanita. Mereka menemui Nabi Muhammad saw. di tempat yang sama, di bukit Aqabah. Mereka yang berasal dari kabilah Khazraj melakukan bai’at (ikrar) yang berisi bahwa mereka setia pada agama Islam. Hadir pula 2 orang saksi dari kabilah Aus.
Ubadah bin Ash Shamit, pemimpin kabilah Khazraj itu menamakan peristiwa itu “Perjanjian Aqabah I” atau “Perjanjian Wanita (Baitun Nisa)” karena ada seorang wanita yang ikut di dalamnya, yaitu Afra binti Abid.
Pada tahun ke 13 kenabian, datang lagi rombongan muslimin dari Madinah yang berjumlah 73 orang untuk menunaikan ibadah haji. Mereka menemui Nabi dan atas nama penduduk Madinah mengharap agar Nabi bersedia pindah ke negeri mereka. Permohonan mereka itu dikabulkan oleh Nabi dengan suatu perjanjian yang terkenal dengan nama “Bai’ah Aqabah Al Kubrah”. Yakni perjanjian Aqabah kedua dan yang terbesar.

*       Hijrah ke Madinah
Kian hari kian bertambah banyak jumlah orang Islam di Madinah, dan kian hari kian bertambah kejam penganiayaan kaum Quraisy terhadap diri Rasulullah dan juga terhadap para pengikutnya, maka Rasulullah menyuruh selurruh sahabatnya agar hijrah meninggalkan Mekah menuju ke madinah.
Menjelang beliau akan hijrah ke Madinah, orang-orang kafir Quraisy telah sepakat dan memutuskan untuk membunuh Nabi Muhammad saw. Untuk itu mereka memilih pemuda-pemuda yang berani dan kuat. Akhirnya, terpelihlah 12 pemuda yang mewakili setiap suku yang ada di Mekah. Para pemuda tersebut harus mengepung rumah Nabi pada malam hari. Pembunuhan itu harus dilakukan pada waktu subuh ketika Nabi pergi ke Masjid.
Akan tetapi, rencana mereka tidak berhasil karena Allah swt. mlindungi dan menyelamatkan Nabi Muhammad saw. Pada malam itu, turunlah wahyu Allah agar Nabi hijrah ke Madinah. Perintah itu dilaksanakan pada malam hari itu juga.
Ketika Nabi akan hijrah ke Madinah tidak ada yang diberi tahu, kecuali sahabat Abu Bakar dan beberapa keluarga terdekatnya. Berangkatlah Nabi dan Abu Bakar menuju Madinah. Hijrahnya kaum muslimin itu dilakukan dengan diam-diam dan secara rahasia. Hanya Umar bin Khattab yang berani berangkat dengan terang-terangan, bahkan memberitahukan kepada kafir Quraisy. Tak ada yang berani menghalangi keberangkatan-nya dan kaum muslimin, pasti akan berhadapan dengan pedang Umar bin Khattab.
Sebelum Nabi ke luar rumah, kemenakan Nabi, Ali bin Abu Thalib, disuruh tidur di tempat pembaringan beliau dengan memakai selimut. Kemudian Nabi pergi ke rumah Abu Bakar untuk mengajaknya hijrah ke Madinah. Saat terbangun para pemuda masih yakin bahwa beliau masih tidur. Sebelum menuju Madinah beliau dan Abu Bakar berhenti untuk bersembunyi di Gua Sur.
Pagi harinya para pemuda tersebut hanya menjumpai Ali bin Abu Thalib. Karena usaha pembunuhan itu gagal, bingunglah seluruh kafir Quraisy. Mereka mencari ke sana ke mari. Akhirnya dikeluarkanlah pengumuman. Siapa saja yang dapat menangkap Nabi Muhammad saw. hidup atau mati, akan mendapat hadiah 100 ekor unta.
Para pemuda pilihan itu sampai juga di tempat persembunyian beliau sesuai dengan apa yang dikatakan Suraqah, pemuda yang memenangkan sayembara. Akan tetapi mereka tidak menyangka kalau di dalam gua itu ada orangnya. Setelah 3 hari 3 malam di Gua Sur dan telah merasa aman, keluarlah beliau untuk melanjutkan perjalanannya menuju Madinah. Inilah peristiwa hijrah Nabi yang paling bersejarah. Atas usul Umar bin Khattab peristiwa tersebut dijadikan awal tahun Hijrah dalam Islam.
Hijrah Nabi ke Madinah ini terjadi setelah 13 tahun beliau menyiarkan Islam di Mekah. Dorongan berhijrah ini adalah untuk menyelamatkan dan melindungi kaum muslimin dari kekejaman kafir Quraisy Mekah. Di samping itu, berhijrah dilakukan atas permintaan dan harapan kaum muslimin Madinah yang ingin menolong dan melindungi Nabi serta para pengikutnya dari musuh-musuhnya. Hal ini dipertegas dengan perintah Allah agar segera berhijrah malam itu juga ketika rumah Nabi dikepung oleh pemuda-pemuda kafir Quraisy.

*       Pendirian Masjid Pertama
Sebelum memasuki kota Madinah, tepatnya pada hari Senin tanggal 8 Rabiul Awal tahun 1 Hijriah, Nabi Muhammad saw. berisirahat di sebuah desa bernama Quba, yaitu tempat antara Mekah dan Madinah. Selama 4 hari beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid untuk yang pertama kali dan diberi nama “Masjid Quba”. Masjid itu jugalah yang pertama kali digunakan Nabi melaksanakan shalat Jum’at.
Tepat pada hari Jum’at tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1 Hijriah atau tanggal 28 Juni 622 M, Nabi tiba di Madinah. Nabi mendapat sambutan yang cukup meriah. Mereka melantunkan sebuah nasyid atau kasidah. Sejak saat itulah kota Yatsrib berubah namanya menjadi Madinatun Nabi, artinya Kota Nabi, dan selanjutnya disebut kota Madinah.
Kaum muslim Madinah mengharapkan beliau singgah atau tinggal di rumah mereka. Namun beliau tetap berada di atas punggung unta, sebelum para pengikutnya mendapat tempat tinggal. Sampai akhirnya unta beliau berhenti di depan rumah seorang yang miskin bernama Abu Ayub Al Ansari. Di situlah Nabi tinggal untuk sementara.

*       Anshor dan Muhajirin
Kedatangan Nabi dan pengikutnya di Madinah membuat golongan Islam di Madinah terbagi menjadi 2, yaitu golongan Anshor dan golongan Muhajirin. Golongan Anshor yaitu golongan orang Islam Madinah yang memberikan pertolongan atau membantu kepada orang-orang Islam yang datang dari Mekah. Sedangkan Golongan Muhajirin yaitu golongan orang Islam Mekah yang datang ke Madinah.
Rasulullah mempersatukan hubungan kekeluargaan antara kerabat Anshor dengan kerabat Muhajirin. Para sahabat Muhajirin yang disaudarakan dengan kaum Anshor diantaranya adalah Abu Bakar dipersaudarakan dengan Harits bin Zaid, Ali bin Abu Thalib dipersaudarakan dengan Mu’adz bin Jabal, Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan ‘Itbah bin Malik. Maka kaum Muhajirin pun bisa hidup aman tenteram.
Di samping mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshor, Nabi juga mendirikan masjid sebagai sarana ibadah dan tempat pertemuan dalam membahas suatu masalah, juga untuk menyatukan umat dalam kekuatan lahir dan batin. Masjid tersebut dinamakan “Masjid Nabawi”. Di sekitar masjid itulah beliau bertempat tinggal sampai akhir hayatnya.

*       Pengkhianatan Piagam Madinah
Dalam rangka menciptakan suasana tenteram di kota Madinah, maka Rasulullah membuat suatu perjanjian dengan kaum Yahudi yang tinggal di Madinah. Dalam perjanjian yang disebut “Piagam Madinah” ini ditetapkan dan diakui hak kemerdekaan tiap golongan untuk memeluk dan menjalankan agamanya masing-masing. Perjanjian ini juga mengikat mereka yang mengikuti perjanjian tersebut untuk menjaga dan menghormati Madinah sebagai kota suci.
Di antara kaum Yahudi yang ikut dalam perjanjian itu ada tiga golongan, yaitu Bani Qainuqa’, Bani Nadlir, dan Bani Quraidhah. Dan pada akhirnya ketiga golongan itulah yang merusak perjanjian tersebut.
Pada mulanya, Bani Qainuqa’ melakukan keonaran dan hasutan terhadap seorang wanita Arab yang memasuki pasar Bani Qainuqa’. Kebetulan pada saat itu ada seorang yang berusaha menolongnya, namun perbuatan orang Arab tersebut menimbulkan kemarahan dari orang Yahudi, sehingga mereka beramai-ramai mengeroyok orang Arab tersebut. Sehingga menimbulkan kemarahan kaum muslimin dan menimbulkan peperangan antara kaum muslimin dan kaum Yahudi. Karena peperangan itulah, maka Nabi Muhammad saw. mengusir Bani Qainuqa’ dari Madinah.
Pengusiran yang kedua dilakukan oleh Rasulullah terhadap Bani Nadlir. Karena kesombongan dan kekayaan, Bani Nadlir yang bertempat tinggal di Khaibar melanjutkan permusuhan terhadap Nabi dan merencanakan untuk membunuh Nabi dengan cara minta bantuan dari kabilah-kabilah Arab yang besar seperti Quraisy dan Ghatfan. Tapi berkat Allah, rencana tersebut tidak berhasil.
Yang lebih mengerikan lagi bagi kaum muslimin ketika menghadapi situasi yang kritis itulah Bani Quraidhah melakukan penghianatan. Para pembesar Bani Quraidhah yang bernama Ka’ab bin Asad dihasut oleh pemimpin Bani Nadlir yang bernama Huyai bin Akhtab dan diajaknya agar membatalkan perjanjian dengan Nabi serta menggabungkan diri kepada Al Akhzab yang sedang mengepung Madinah.
Berita tentang pengkhianatan itu didengar Rasulullah, lalu beliau menyuruh Sa’ad bin Mu’adz dari suku Aus dan Sa’ad bin Ubadah dari suku Khazraj menyampaikan kepada Bani Quraidhah untuk tidak meneruskan pengkhianatan. Tetapi Bani Quraidhah menolak dengan sikap keras yang penuh keangkuhan. Akibat pengkhianatan itulah, akhirnya Allah menurunkan adzab kepada orang-orang Yahudi dan Bani Quraidhah yang tinggal sendiri di Madinah menyerah kepada Nabi Muhammad.

*       Perang Badar dan Perang Uhud
Orang-orang Yahudi ingin menghancurkan orang Islam yang sedang berkembang di Madinah dan ingin membunuh Nabi. Oleh karena itu, dengan kekuatan tentara 1000 orang yang dipimpin oleh Abu Sofyan dan Abu Jahal, umat Yahudi melancarkan perang. Sedangkan tentara Islam yang melawan, membela diri hanya berjumlah 314 orang dan dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad saw. Saat itu Nabi menerima wahyu yang berisi kebolehan untuk berperang.
Perang yang dinamakan “Perang Badar” ini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Januari tahun 623 M. Bertempat di sebuah sumur milik seorang Arab yang bernama Badar, letaknya antara Mekkah dan Madinah.
Akhirnya peperangan ini dimenangkan oleh orang Islam. Kemenangan ini menambah harum nama umat Islam di mata bangsa Arab dan umat Islam semakin yakin yakin akan ajaran Nabi Muhammad saw.
Ternyata, kekalahan dari perang Badar malah semakin membuat kemarahan kaum kafir Quraisy membara. Mereka melancarkan perang lagi. Perang yang disebut dengan “Perang Uhud” ini terjadi pada bulan Sya’ban tahun 3 H atau bulan Januari tahun 625 M dan bertempat di kaki Gunung Uhud. Tentara Islam dengan berkekuatan 700 orang dan dipimpin oleh Rasulullah melawan tentara kafir yang berkekuatan 1.000 orang.
Dalam peperangan ini, tentara Islam mengalami kekalahan. Hal ini dikarenakan mereka tidak menghiraukan perintah Nabi untuk tetap bertahan di atas gunung.
Selain perang-perang tersebut, dalam mempertahankan Islam, Nabi juga pernah mengikuti perang Khandaq pada bulan Syawal tahun 5 H atau 627 M, perang Mu’tah, perang Tabuk, dll.


*       Perjanjian Hudaibiyah
Setelah penganut Islam bertambah, tepatnya pada tahun 6 H atau 628 M, Nabi Muhammad saw. bermaksud ingin melaksanakan ibadah umrah bersama 1.500 pengikutnya ke Mekah. Ketika rombongan Nabi tiba di dusun Hudaibiyah, diutuslah Usman bin Affan ke Mekah untuk menjelaskan kedatangan Nabi beserta rombongannya.
Orang-orang kafir Quraisy tidak mempercayai penjelasan Usman bin Affan. Mereka mengira Nabi dan pengikutnya akan menyerang kota Mekah. Mereka menahan Usman bin Affan, bahkan berusaha akan membunuhnya.
Mendengar berita tersebut, kemudian Nabi bersumpah setia untuk melawan kafir Quraisy dengan risiko apa pun. Sumpah setia Nabi Muhammad saw. dan pengikutnya inilah yang terkenal dengan “Baitur Ridwan”.
Kaum kafir Quraisy mendengar sumpah tersebut. Akhirnya, mereka merasa khawatir dan ketakutan, lalu melepaskan Usman bin Affan. Kemudian, para pemimpin kafir Quraisy mengutus Suhail bin Amr untuk menemui Nabi Muhammad saw. Pertemuan utusan itu menghasilkan perjanjian Hudaibiyah atau Shulhul Hudaibiyah.
Namun, seperti perjanjian-perjanjian yang lain, dalam perjanjian ini pun terjadi pelanggaran. Pelanggaran tersebut dilakukan kafir Quraisy. Mereka menyerang suku Khuzaah yang beragama Islam pada tahun 8 H. Perjanjian Hudaibiyah hanya berlaku tidak lebih dari dua tahun. Dengan adanya pelanggaran tersebut, perjanjian itu sudah dianggap tidak berlaku lagi.
Akibat dari semua itu, maka terjadilah permusuhan antara Bani Bakar yang memusuhi Nabi Muhammad saw. dan Bani Khuzaah yang memihak Nabi. Permusuhan tersebut berlanjut menjadi peperangan.

*       Haji Wada’, Agama Sempurna, dan Akhir Hayat Rasulullah.
Pada tanggal 25 Dzul Qaidah tahun ke 10 H, Nabi Muhammad saw. bersama 100.000 orang muslimin melaksanakan ibadah Haji Wada’ (Haji Perpisahan). Saat itu juga, Allah meurunkan wahyu terakhir yaitu Surah Al Maidah ayat 3 yang menyatakan bahwa agama Islam sudah disempurnakan-Nya pada hari itu.
Turunnya wahyu terakhir itu menandai selesainya tugas Nabi Muhammad saw. sebagai rasul Allah. Dua bulan sesudah Haji Wada’ itu, Nabi sakit demam. Tidak berapa lama kemudian, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632 M, Nabi Muhammad saw. wafat dalam usia 63 tahun. Beliau dimakamkan di sebuah masjid dekat kediamannya, yaitu Masjid Nabawi, Madinah.
Nabi Muhammad saw. tidaklah meninggalkan umatnya berupa harta dan tahta, melainkan beliau meninggalkan kepada umatnya berupa Al Qur’an dan Hadits.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Words of Wisdom

Gravitasi tidak bertanggung-jawab atas orang yang jatuh cinta

Barangsiapa yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia tidak pernah mencoba sesuatu yang baru

Jika A sama dengan kesuksesan, maka rumusnya adalah A=X+Y+Z. X adalah kerja, Y adalah bermain, Z adalah menjaga mulut agar tetap bungkam


By Albert Einstein
source: Words of Wisdom - Einstein